Istilah
tahlilan sendiri diambil dari mashdar dari fi’il madhi “Hallala - Yuhallilu – Tahlilan”, yang berarti membaca
kalimat la ilaha illallah, yang kemudian kalimat “la ilaha illallah” dinamakan
“kalimat tahlil”, seperti halnya “subhanallah dinamakan kalimat tasbih,
alhamdulillah disebut kalimat tahmid, dan allahuakbar disebut kalimat takbir.
Dari sini kemudian kegiatan mrahmati mayyit ini dinamakan tahlilan karena
kalimat thayyibah tersebut banyak dibaca didalamnya dan juga penamaan seperti
ini sebagaimana penamaan sholat sunnah tasbih, dimana bacaan tasbih dalam
sholat tersebut dibaca dengan jumlah yang banyak (300 kali), sesuai dengan
tuntunan rasulullah saw. Namun, masing-masing tempat kadang memiliki sebutan
tersendiri yang esensinya sebenarnya sama, sehingga ada yang menyebutnya
sebagai “ majelis tahlil” , selamatan kematian, yasinan ( karena dimulai dengan
pembacaan yasin) dan lain sebagainya.
Adapun
kebaikan yang bermanfaat untuk orang mati adalah sebagai berikut :
o Kebaikan dari pribadinya
Para ulama telah sepakat
bahwa amal yang baik bisa bermanfaat untuk orang yang sudah mati. Sabda nabi
muhammad saw yang diriwayatkan oleh imam muslim dari abu hurairah :
اِذَا
مَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“apabila manusia telah
mati, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sadaqah jariyah (yang
mengalir), ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakannya”.
o Kebaikan dari orang lain
a. Do’a dan istigfar
Doa dan istigfar dari
orang lain bisa membantu dan bermanfaat untuk ahli kubur, hal ini sudah menjadi
ijma’ (kesepakatan) para ulama’. Firman allah swt :
وَالَّذِيْنَ
جَاؤُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْـمَانِ
“dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor), mereka berdo’a “ ya tuhan kami,
ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari
kami”. [ QS. AL-Hasyr : 10].
وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ
“dan mohonlah ampun bagi
dasamu dan bagi (dosa) orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan”.
[QS.Muhammad:19].
Rasulullah saw bersabda :
مَاالْـمَيِّتُ
فِى قَبْرِهِ اِلاَّ كَالْغَرِيْقِ الْمُغَوِّثِ يَنْـتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحَقُهُ
مِنِ ابْنِهِ اَوْ اَخِيْهِ اَوْصَدِيْقٍ لَهُ فَاِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ اَحَبَّ
اِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا وَأَنَّ هَدَايَا اْلأَحْيَاءِ
لِلْأَمْوَاتِ اَلدُّعَاءُ وَاْلإِسْتِغْفَارُ
“orang yang mati di dalam
kuburnya seperti orang yang tenggelam yang meminta bantuan, ia menunggu doa
dari anak, saudara, dan sahabatnya. Apabila ia dapat meraihnya maka itu lebih
ia cintai dari pada duni beserta isinya. Dan sesungguhnya hadiah orang yang
hidup untuk orang yang sudah mati adalah doa dan istigfar untuknya”.
Diriwayatkan dari ibnu
abbas ra, Rasulullah saw bersabda :
مَا
الْمَيِّتُ فِى قَبْرِهِ اِلَّا شِبْهُ الْغَرِيْقِ الْـمُتَغَوِّثِ يَنْتَظِرُ
دَعْوَةً تَلْحَقُهُ مِنْ اَبٍ اَوْ اُمٍّ اَوْ وَلَدٍ اَوْ صَدِيْقٍ ثِقَةٍ
فَاِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَافِيْهَا
وَإِنَّ اللهَ لَيُدْخِلُ عَلَى اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ دُعَاءِ اَهْلِ اْلأَرْضِ
أَمْثَالَ الْجِبَالِ وَإِنَّ هَدِيَّةَ اْلأَحْيَاءِ اِلَى اْلأَمْوَاتِ
اَلْاِسْتِغْفَارُ لَهُمْ
“orang yang mati di dalam
kuburnya serupa dengan orang yang tenggelam yang meminta bantuan, ia menunggu
doa dari bapak, ibu, anak, dan sahabatnya yang tsiqah. Apabila ia dapat
maraihnya itu lebih dia cintai dari pada dunia dan seisinya, dan sesungguhnya
allah memasukkan doa penduduk bumi kepada penghuni kubur seperti gunung dan
hadiah orang yang hidup untuk orang yang sudah mati adalah istigfar untuk
mereka” [HR.Baihaqi dan Ad-Dailami].
Disebutkan dalam shohih al bukhari juz 1 hal. 239
:
“ rasulullah saw lewat dua kubur yang keduanya
sedang diadzab salah satunya karena mengadu domba dan yang satunya karena tidak
tertutup dalam kencing kemudian rasulullah saw mengambil kayu yang masih basah
dan membelahnya menjadi dua, kemudian beliau menancapkan pada masing-masing
kuburan tersebut kemudian belaupun bersabda :
لَعَلَّهُ
يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَالَمْ يَيْبَسَا ( البخارى : 239).
“supaya dengan sebab bacaan tasbih pepohonan itu, keduanya
diringankan sisksanya selama kedua pohon itu belum kering”.
Maka jikalau bacaan tasbih
pepohonan itu dapat bermanfaat untuk mayyit, apalagi bacaan orang-orang yang
selalu beribadah kepada allah swt.
b. Sedekah
Imam Nawawi mengatakan
bahwa pahala sadaqah yang diniatkan untuk orang yang mati akan sampai kepadanya
baik sedekah itu dari anaknya maupun dari orang lain. Diriwayatkan dari abu
hurairah ra, bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada nabi muhammad saw :
اِنَّ اَبِىْ
مَاتَ وَتَرَكَ مَالاً وَلَـمْ يُوْصِ فَهَلْ يُكَفَّرُ عَنْهُ اَنْ اَتَصَدَّقَ
عَنْهُ ؟ قَالَ : نَعَمْ
“sesungguhnya bapak saya
mati dan dia meninggalkan harta, sedangkan dia tidak pernah berwasiat. Apakah
bisa menjadi kaffarat saya sadaqahkan harta itu? Nabi muhammad saw menjawab:
iya” [ HR.Muslim dan Ahmad].
Diriwayatkan juga dari
nabi saw bahwa beliau bersabda :
اُهْدُوْا
اِلَى مَوْتَاكُمْ قِيْلَ وَمَا نُهْدِى يَارَسُوْلَ اللهِ اِلَى الْـمَوْتَى قَالَ
: اَلصَّدَقَةُ وَالدُّعَاءُ
“berhadiahlah kalian
kepada orang-orang yang telah mati di antara kalian, ada yang bertanya: “ apa
yang harus kami hadiahkan kepada orang yang sudah mati ya rasulallah?” nabi
bersabda: “sadaqah dan do’a”.
c.
Puasa
Terkait dengan puasa, ibnu
abbas ra meriwayatkan : ada seorang laki-laki datang kepada rasulullah saw
seraya berkata :
ياَرَسُوْلَ
الله إِنَّ أُمِّيْ مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيْهِ عَنْهَا ؟
قَالَ : نَعَمْ, قَالَ : فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى
“ya rasulullah,
sesungguhnya ibuku telah mati dan ada kewajiban atasnya puasa satu bulan,
apakah bisa saya qadha’kan ? rasulullah saw menjawab : tentu, “ hutang kepada
allah lebih pantas untuk dibayarkan”. [ HR.muttafaq ‘alaih].
Diriwayatkan
dari aisyah radiyallahu ‘anha, bahwa rasulullah saw bersabda :
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ
صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
“barang
siapa yang meninggal dan punya hutang puasa, hendaklah walinya berpuasa
untuknya”. [ HR.Bukhari dan Muslim].
Berdasarkan hadis di atas, maka jelaslah
ibadah puasa yang dikerjakan untuk orang yang sudah meninggal akan sampai jika
diniatkan
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !